HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN CABAI SERTA PENGENDALIANNYA
HAMA UTAMA TANAMAN CABAI
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi
bagi para petani cabai. Hama thrips tergolong sebagai pemangsa segala
jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada tanaman cabai saja.
Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun
masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang
bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah adanya
strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak
lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda
tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling
membahayakan dari thrips adalah selain sebagai hama perusak juga
sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada tanaman
cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya
memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran
penyakit akibat virus yang dibawanya.
Pengendalian secara kultur teknis maupun
kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam
cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu dapat menggunakan
perangkap kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa dilakukan
dengan penyemprotan insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 - 0,5 gr
/liter atau insektisida cair Winder 100EC konsenstrasi 0.5 - 1 cc/L.
Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga
menyerang tanaman cabai. Tungau bersifat parasit yang merusak daun,
batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan
bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga warna
daun terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun
akan menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya
menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang
badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti
halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan
Penyemprotan menggunakan Akarisida Samite 135 EC. Konsentrasi yang
dianjurkan 0,25 -0,5 ml/L.
Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman
cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari
daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan
belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak
sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat
karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga
mampu bertelur tanpa pembuahan.
Pengendalian hama aphids secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprot insektisida Winder 100EC konsentrasi 0,5 - 1,00 cc/L.
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama
perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi
santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada
buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian
merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan
dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di dalamnya
diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah (ATLABU) keluaran Balai
Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga digunakan perangkap
kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya
serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk
hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun
cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat
akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan
metamorfosisnya.
Pengendalian dapat dilakukan terhadap ngengat
dewasa yang hendak meletakkan telurnya pada tanaman inang dengan
menyemprotkan insektisida, atau dengan insektisida biologis Turex WP
konsentrasi 1 - 2 gr/Lt.
PENYAKIT UTAMA TANAMAN CABAI
Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga dengan istilah
“pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi
petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah
menjadi busuk oleh penyakit ini. Gejala awal dari serangan penyakit ini
adalah bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah
akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit
ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur
carnifora capsici.
Pengendalian membersikan tanaman yang terserang
agar tidak menyebar, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara
selektif, menanam benih cabai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit
pathek. Secara kimia, disemprot dengan fungisida sistemik berbahan
aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif
tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif
Mankozeb seperti Victory 80WP.
Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas
solanacearum. Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang
dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan
melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda atau
alat-alat pertanian.
Pengendalian membuang tanaman yang terserang,
tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi
tanaman. Secara kimiawi, semprot dengan larutan Kocide 77WP konsentrasi
5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 -
14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
Virus Kuning (gemini virus)
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu
kebul (Bemisia tabaci). Telur diletakkan di bawah daun, fase telur
hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama
hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau
keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah
permukaan daun, lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil,
berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang
bertepung, lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang terserang penyakit virus
kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas
yang agak tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi), menggunakan bibit
yang sehat, melakukan rotasi /pergiliran tanaman, pemanfaatan tanaman
border seperti tagetes atau jagung, pemasangan perangkap kuning
sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman sakit yaitu
tanaman yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar